Nyenyeh Sejenak

Malam ini saya sedang terlibat percakapan dengan seorang kawan akrab, seorang yang kini menjadi salah satu “si i ow” start up besar di industri tiket konser online di Yogyakarta, loketics.com. Buat banyak pemuda tanggung , mba-mba artsy nan owsom maupun dedek gemes SMA pembuat pensi, namanya sudah tak asing, siapa yang tak kenal Muhammad Wahdan. Pria kepala dua yang diduga sempat dalam urutan yang sama dengan Duta SO7 saat Tuhan membagikan wajah, sayangnya Dadan dapat urutan agak belakang supaya tidak sepermainan dengan Mas Duta, bisa repot nanti kalau sering disuruh menjadi stunt vokal.

Kami memang sedang terlibat dalam pembicaraan di whatsapp seputar walkman dan kaset, Dadan memang sedang gandrung dengan rilisan fisik berbentuk kaset. Doi rela merangsek ke Blok M dan Jatinegara  hanya untuk berburu kaset. Waktu saya tanya : ” Karo sopo e kowe ki golek kaset, dewean po? Kesehatanmu lho ” , doi cuma mesam-mesem. Maklum, saya memang agak perhatian sama kawan satu ini, karena terlalu lama sendiri saya juga khawatir, apalagi sekarang dia di Jakarta. Tapi mesam-mesem ini mungkin adalah pertanda lain, maklum sekali lagi sebagai seorang “si i ow” dia harus selalu owsom.

Pembicaraan sempat terputus karena saya sedang menelepon rumah, kemudian setelah saya kembali lagi online, ex meneher band indie pop kondang Yogyakarta, Summer in Vienna ini tiba-tiba menimpali :

Dadan : “Cuk aku bar tuku Backstreet Boys”

Dadan : “Terus nyetel I Want It That Way

Dadan : “Iso nyenyeh tenan iki”

Dadan : “Edan iki aku butuh pundak e **** ( nama salah satu gadis owsom rasan-rasan kami ) tenan.”

Nb : nyenyeh adalah perasaan terbuai dan mendadak nggrantes hingga lemes terkulai atas indahnya sebuah lagu.

Tak perlu waktu lebih dari sepersekian detik untuk memutar cuplikan lagu tersebut dalam memori otak saya. Bagaimana tidak, buat saya yang waktu itu masih kelas tiga SD di awal milennium, lagu-lagu milik boyband seperti Backstreet Boys, Westlife, dan N’sync adalah anthem. Rasanya, hal itu banyak juga dialami generasi sebaya dengan saya seperti Dadan dan mungkin kalian. Persetan dengan stereotype boyband yang kini ada, saya suka boyband jaman kecil saya. Mereka itu owsom!

Perkenalan dengan boyband ini tentunya adalah andil dari MTV Indonesia yang memang owsom abis saat itu, dan buat saya rasanya, akibat sering main ke tetangga depan rumah. Tetangga depan rumah saya mempunyai anak gadis yang waktu saya masih kelas tiga SD dia sudah SMP kelas satu. Gadis usia tersebut belum dianggap owsom dan diterima oleh pergaulan inner circlenya kalau belum mengoleksi CD dan kaset dari Westlife, Backstreet Boys, N’sync dll. Buat saya, saya yang tadinya sering mendengar saat main ke rumah mbak tersebut, jadi sering ketemu video klipnya diputar di MTV, alhasil menjadi familiar dan mulai hapal lagu-lagunya. Soal lirik mungkin tidak begitu mengena, toh saya belum mengerti artinya waktu itu, tapi soal hal lainnya, buat saya juarak.

Siapa yang tidak terpesona dengan koreografi-koreografi jagoan ala Backstreet Boys? Siapa anak lelaki yang tidak ingin rambutnya dibelah tengah seperti Nick Carter biar owsom ? Atau Siapa sih yang tak mudah nyenyeh mendegar harmoni yang catchy dari Westlife ? Tak bisa dipungkiri memang di jamannya, mereka adalah top hits maker, indak ado lawannyo. Saya juga pernah membaca sebuah artikel tentang bisnis musik, dijelaskan bahwa sepanjang sejarah memang hanya konsep boyband-lah yang belum pernah merugikan perusahaan dapur rekaman dan produser.

Ah entah hanya euforia kenangan di masa lampau atau memang kualitas yang bagus, sekedar mendengar satu-dua lagu dari mereka sebelum tidur mungkin memang bikin nyenyeh. Salam #NulisJuga 🙂

Tell me why
Ain’t nothin’ but a heartache
Tell me why
Ain’t nothin’ but a mistake
Tell me why
I never wanna hear you say
I want it that way

Nyenyeh Sejenak

Leave a comment