Tentunya sebagian besar dari kita sudah mendengar kabar berpulangnya Chester Bennington, seorang provokator, vokalis, narator dan salah satu orang paling berpengaruh pada sebuah band besar bernama Linkin Park. Sayangnya, Chester berpulang dengan cara yang sama dengan sahabatnya Chris Cornell, terlepas dari kontroversi kematiannya, kepopuleran hashtag #RIPChesterBennington telah menunjukkan bahwa Chester Bennington adalah salah satu musisi paling dicintai di dunia. Dua hal terjadi setelah Chester Bennington wafat, kesadaran bahwa depresi dan suicidal thought itu nyata dan mesra, serta mengapa kalian begitu kehilangan Chester?
Saya tidak mempunyai kapasitas dan kemampuan yang cukup untuk bercerita soal depresi dan dampaknya, yang jelas depresi itu nyata, beberapa orang mengalami lebih berat dari yang lainnya, tapi percayalah, masih banyak sekali alasan untuk tetap bertahan hidup. Saya ingin menulis apa yang saya alami saja, bagaimana seorang Chester Bennington mempengaruhi hidup saya, dan mungkin banyak dari kalian juga merasakan hal yang sama. Ini adalah narasi yang ingin saya nikmati sendiri, kalaupun ada korelasi, syukurlah!
lets go back to 15 years ago
Kalau ada band yang sangat berpengaruh dalam hidup saya , tentulah Linkin Park. Saya yang masih kelas empat SD, tidak pernah menganggap serius musik apa yang berlalu pada telinga atau mata saya. Suatu hari sepulang sekolah, Om saya yang ikut tinggal di rumah membawa kaset baru. HYBRID THEORY, sebuah album yang berbeda dari yang biasa dia dengarkan. Saya yang selalu dicekoki dengan album Dewa 19 dan Guns n Roses, tidak merasa kalau mendengarkan album ini akan membuat saya tertarik. Selain bermain dan menonton kartun, rasanya saya tidak terlalu gandrung pada musik saat itu. Namun kali ini berbeda, Papercut sebagai track pertama langsung membuat bocah kurus kering ini terpukau. Beat di awal yang catchy dengan suara khas vinyl yang dimainkan Joe Hahn, kemudian disambut distorsi gitar bersama permainan kata-kata Mike Shinoda langsung membuat saya excited yet curious, apa lagi selanjutnya? Kemudian masuklah giliran Chester Bennington, suaranya penuh dengan keresahan, kemarahan dan nyaring. Sesuatu hal yang baru di hidup saya, saya merasa kalau band ini “penuh” sekali. Sejak saat itu saya selalu colongan mendengarkan album ini sepulang sekolah, tidak butuh waktu lama sampai saya mengenal semua lagu di album ini, tentunya dengan pelafalan lirik yang ngaco. He’s my favourite vocalist all the time
Crawling in my skin
These wounds they will not heal
Fear is how I fall
Confusing what is real
MTV circa 2001 or 2002, you tell me. Setiap menonton tv, hal yang saya lakukan adalah menunggu MV ini muncul, ketika terdengar sampling intronya yang khas, saya pasti akan bergegas ke depan televisi dan menyanyikan part Chester, saya selalu suka menyanyi di part Chester, selain mudah dihapal, saya selalu merasa Chester lebih keren daripada Mike, walaupun saya mengidolakan keduanya. Chester sangat dinamis, dia akan tenang di awal dan akan emosional di chorus dan reff, dengan gaya rambut spiky , it was so cool back then aite? dan teknik scream yang tetap nyaman ditelinga, he was so legendary, since the day one, at least for me. Masih teringat setiap saya mandi dan keramas, saya akan membuat spike spike di rambut saya dan menyanyikan semua part Chester dengan jelas, sisanya mumbling di part Mike, karena memang lebih mudah mengingat lirik part Chester haha.
Meteora justru adalah album kedua yang saya dengarkan sebelum Reanimation, ini adalah album terbaik yang membekas buat saya. Saya lebih mudah membahas meteora karena ketika meteora muncul , LP sudah lebih terkenal di pergaulan saya ketimbang saat album Hybrid Theory muncul. Saya merasa saya sudah lebih besar dan sudah mengenal LP dengan baik, sebelum album ini muncul saya mengenal Limp Bizkit atau Eminem, namun setelah album ini muncul dan ada di rumah, saya sepenuhnya larut pada Linkin Park. Saya sudah serius mempelajari lirik-lirik LP di album ini, saya bahkan punya sebuah buku tulis yang khusus saya tempeli semua hal tentang Linkin Park , sebuah kliping. Saya menyalin hampir semua lirik lagu di album Hybrid Theory dan Meteora ke buku itu, bahkan mengartikan setiap kata pada lirik lagu mereka ke dalam bahasa indonesia. Saya belajar makna kias, pelafalan dan kosakata bahasa inggris, lewat lagu mereka. Yes, they’re my childhood heroes too.
Everything you say to me
Takes me one step closer to the edge
And I’m about to break
I need a little room to breathe
Cause I’m one step closer to the edge
I’m about to break
Suatu hari tengah malam, ketika semua teman saya sudah terlelap karena harus pergi sekolah paginya, saya sudah terbangun karena ada hal penting yang harus dilakukan yaitu menonton televisi. Kala itu Indosiar menyiarkan taping World Tour dari Linkin Park. Saya yang masih sekolah dasar tidak pernah mengenal konser sebelumnya selain konser kampanye pemilu setelah reformasi yang masih saya ingat sekilas. Saya tidak mau ketinggalan, maka dibuatlah rencana tidur lebih cepat dan bangun tengah malam. Mungkin itu adalah konser pertama yang betul-betul saya lihat dari awal hingga akhir dan ikut sing a long di setiap lagunya, dan itulah pertama kalinya saya merasa bahwa punya band itu maha keren. Saya tidak pernah bisa berpaling dari musik, band dan pertunjukkan musik setelah malam itu. It was so magical, i still remember the details, the late midnight, the young me, that old Samsung TV, the first song – One Step Closer, even their haircuts tho.
I wanna heal, I wanna feel what I thought was never real
I wanna let go of the pain I’ve felt so long
(Erase all the pain ’til it’s gone)
I wanna heal, I wanna feel like I’m close to something real
I wanna find something I’ve wanted all along
Somewhere I belong
Well, mostly all the lyrics are dark, sad, emotional and angry. Ada bagian dimana saya tumbuh dengan persoalan hidup dan pubertas yang membuat semuanya somehow terasa penuh tekanan, i was so young, messed up and full of anger. Saya harus berterimakasih pada Linkin Park untuk semua track yang jadi soundtrack masa kecil saya, saya beruntung tidak menyalurkan keresahan dan kemarahan saya selain lewat lirik-lirik lagu Linkin Park dan musik. Yes, i love music that much, shout out for Chester and Mike as the provocateur.
In the end of this whatever-you-called, saya ingin mensyukuri apa yang terjadi dengan saya, Linkin Park dan Chester Bennington selama ini, saya tidak akan menceritakan album-album setelah Meteora, karena pengaruhnya berbeda ketimbang tiga album pertama mereka untuk saya. I would clearly say that Chester Bennington’s my real childhood hero. Linkin Park will never be the same without him, he will be always remembered as a legend. Thanks for everything Man.